LAPORAN KULIAH
KERJA LAPANGAN
Identifikasi
Jamur (Fungi), Lumut Kerak (Lichen), Dan Lumut (Bryopsida) Di Taman Hutan Raya
R. Soeryo (Cangar) Batu-Malang
Mata kuliah: Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh
Dosen Pengampu: Drs. Sulisetijono, M.Si
Ainun Nikmati Laili, M.Si
Disusun oleh :
Dina
Isti’anah (13620020)
M.
Rusydi Amin (13620038)
Nabila Farah Dhiba (13620040)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt,
karena rahmat dan nikmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas laporan
Kuliah Kerja Lapangan Mata Kuliah Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh ini, yang
diberikan oleh Ibu Ainun Nikmati Laili, M.Si dan Bapak Drs. Sulisetijono, M.Si selaku
dosen pembimbing Mata Kuliah Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh.
Pembuatan laporan ini bertujuan untuk
menyelesaikan tugas dari dosen yang bersangkutan agar memenuhi tugas yang telah
ditetapkan, dan juga agar setiap mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan
laporan.
Makalah ini berjudul”Identifikasi Jamur,
Lichen, dan Lumut di Taman Hutan Raya R. Soeryo (Cangar)”. Adapun sumber-sember
dalam pembuatan laporan ini, didapatkan dari beberapa buku yang membahas
tentang materi yang berkaitan dan juga melalui media internet.
Kami
sebagai penyusun laporan ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber
walau tidak dapat secara langsung untuk mengucapkannya. Kami menyadari bahwa
setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan kami yang masih seorang
mahasiswa.
Dalam
pembuatan laporan ini mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurang yang
ditemukan, oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kami
dengan besar hati sangat mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca
sekalian dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Malang, 04 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara
Indonesia terkenal dengan sebutan Jambrut khatulistiwa, oleh sebab itu
tidak mengherankan jika Indonesia merupakan Negara yang memiliki
keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupuan fauna.Beberapa
keanekaragam flora yang di miliki Indonesia adalah keanekaragaman Fungi,
Lichens, dan Lumutnya (Haspara, 2004).
Tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan
golongan tumbuhan yang tingkat perkembangannya lebih tinggi daripada
Thallophyta umumnya mempunyai warna yang benar-benar hijau, karena mempunyai
sel-sel dengan plastida yang mengandung klorofil-a dan b. Lichenes adalah suatu
organisme yang merupakan suatu bentuk simbiosis erat dari fungi sebagai
mycobion dan alga hijau yang berupa photobion. Fungi atau jamur banyak terdapat
di daerah yang lembab. Jamur apabila dibandingkan dengan tumbuhan yang lain,
tumbuhan ini tubuh buahnya berupa talus, menghasilkan spora, dinding selnya
mengandung kitin dan tidak memilki flagel dalam daur hidupnya. Fungi, Lichens
dan Lumut dapat ditemukan di tempat tempat yang masih terjaga kealamianya
seperti hutan mengingat peranannya sebagai indikator lingkungan (Campbell,
2003).
Salah satu tempat yang mempunyai
memiliki spesies-spesies tersebut dengan keanekaragaman yang cukup adalah Taman
Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar. Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo
Cangar adalah kawasan hutan yang terletak di Kota Batu Jawa Timur pada
ketinggian kurang lebih 1600 m di atas permukaan laut, merupakan kawasan konservasi dibawah naungan
Balai Taman Hutan Raya milik Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur terutama di
wilayah Batu yang masuk kawasan Cagar Alam.
Allah SWT berfirman dalam Qur’an
surat Al-Baqarah ayat 30:
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Dari ayat diatas,
dijelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan berbagi macam tumbuhan yang baik
di bumi. Maka sebagai manusia (khalifah) di muka bumi ini, kita harus
memelihara, memakmurkan, melestarikan, mengambil manfaatnya, menggali,
mengelola alam demi terwujudnya dan kesejahteraan segenap umat manusia.
Oleh
karena itu, Kuliah Kerja Lapangan di Taman Hutan Raya R. Soeryo (Cangar) ini
bertujuan agar para mahasiswa khususnya jurusan Biologi dapat lebih mudah
mengklasifikasian dan mengamati struktur morfologi dari Jamur, Lichen, dan
Lumut.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan
Masalah dilaksanakan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
ciri-ciri morfologi dari Jamur, Lichen, dan Lumut yang ditemukan di Tahura R.
Soeryo (Cangar)?
2. Apa
saja jenis-jenis dari Jamur, Lichen, dan Lumut yang ditemukan di Tahura R.
Soeryo (Cangar)?
1.3. Tujuan
Tujuan dilaksanakan Kuliah Kerja
Lapangan ini adalah sebagai berikut :
- Untuk mengetahui jenis-jenis dari Jamur, Lichen, dan Lumut yang ditemukan di Tahura R. Soeryo (Cangar).
- Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi dari jenis Jamur, Lichen, dan Lumut yang ditemukan di Tahura R. Soeryo (Cangar).
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dilaksanakannya
Kuliah Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut:
1.
Menambah wawasan mahasiswa terutama mahasiswa
biologi mengenai keanekaragaman Fungi, Lichens, dan Lumut.
2.
Mengetahui jenis, klasifikasi dan
ciri-ciri dari Lichen, Lumut dan Jamur yang terdapat di Cangar Batu Malang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jamur (Fungi)
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom)
yang berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur
yang memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan
(Hadioetomo,1993).
Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora
mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat
fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat),
atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara
absorpsi (Kusnadi,2003).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu
dinding sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding
sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin
adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh
serangga dari pada
tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual
berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode
produksinya (Kusnadi,2003).
Tubuh buah suatu jenis jamur dapat berbeda dengan jenis jamur lainnya
yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan tudung (pileus), tangkai (stipe),
dan lamella (gills) serta cawan (volva). Adanya perbedaan ukuran,
warna, serta bentuk dari pileus dan stipe merupakan ciri penting dalam
melakukan identifikasi suatu jenis jamur (Kusnadi,2003).
Menurut Kusnadi (2003), beberapa
karakteristik umum dari jamur yaitu: jamur merupakan organisme yang tidak
memiliki klorofil sehingga cara hidupnya sebagai parasit atau saprofit. Tubuh terdiri dari benang yang bercabang-cabang disebut hifa, kumpulan
hifa disebut miselium, berkembang biak secara aseksual dan seksual.
Secara alamiah jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara
aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual dapat terjadi dengan beberapa
cara yaitu dengan fragmentasi miselium, pembelahan (fission) dari
sel-sel somatik menjadi sel-sel anakan. Tunas (budding) dari sel-sel
somatik atau spora, tiap tunas membentuk individu baru, pembentukan spora
aseksual, tiap spora akan berkecambah membentuk hifa yang selanjutnya
berkembang menjadi miselium (Kusnadi,2003).
Reproduksi secara seksual melibatkan peleburan dua inti sel yang
kompatibel. Proses reproduksi secara seksual terdiri dari tiga fase yaitu
plasmogami, kariogami dan meiosis. Plasmogami merupakan proses penyatuan antara
dua protoplasma yang segera diikuti oleh proses kariogami (persatuan antara dua
inti). Fase meiosis menempati fase terakhir sebelum terbentuk spora. Pada fase
tersebut dihasilkan masing-masing sel dengan kromosom yang bersifat haploid
(Kusnadi,2003).
Mc-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari
kategori taksonomi, dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus
seksualnya. Kelompok-kelompok ini adalah : Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes,
Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Terkecuali untuk deuteromycetes, semua jamur
menghasilkan spora seksual yang spesifik. (Kusnadi,2003).
Fungi hidup sebagai saprofit atau
parasit, ada yang dalam air, tetapi lebih banyak yang hidup didaratan.
Sedangkan di dalam laut jarang sekali didapatkan. Kebanyakan jamur yang hidup
saprofit dapat dipelihara pada substrat buatan (Waluyo, 2004).
2.2. Lumut Kerak (Lichen)
Lumut kerak merupakan
simbiosis antara jamur dari golongan Ascomycotina atau Basidiomycotina (mikobion)
dengan Chlorophyta atau Cyanobacteria bersel satu (fikobion). Tumbuhan ini
tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Lumut
kerak bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Dalam
hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap
kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada batuan
dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati,
dan jika turun hujan bisa hidup kembali (Indah, 2009 : 41).
Lichenes (lumut
kerak) merupakan gabungan dua tanaman yang hidup bersama (bersimbiosis), yaitu
antara fungi (jamur) dan yang berwarna hijau disebut ganggang (alga) sehingga
secara morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. Ganggang membuat
makanan untuk jamur. Sebab utama hijau yang dimilikinya memungkinkan ganggang
melakukan proses fotosintesis, memasak makanan. Sementara itu, tugas jamur
adalah member perlindungan terhadap kekeringan. Lichenes adalah tanaman yang hebat. Berbeda dari lumut biasa
yang tumbuh di tempat lembap, lichenes bias tumbuh di tempat-tempat yang sulit,
tempat yang sangat dingin dan kering. Lichenes ini hidup secara epifit pada
pohon-pohonan tetapi dapat juga hidup di atas tanah terutama di daerah sekitar
kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai dan juga gunung-gunung yang
tinggi (Tjitrosoepomo, 1989).
Tubuh lichenes
dinamakan thalus yang
secara vegetative mempunyai
kemiripan dengan alga dan jamur. Thalus ini berwarna abu-abu atau
abu-abu kehijauan. Beberapa
spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah dengan
habitat yang bervariasi. Bagian
tubuh yang memanjang secara
seluler dinamakan hifa. Hifa
merupakan organ vegetative dari thalus atau miselium yang biasanya tidak
dikenal pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu berada pada bagian
permukaan dari thalus
(Hawksworth, 1984).
Menurut bentuk
pertumbuhannya, lumut kerak terbagi menjadi tiga tipe yaitu (Indah, 2009:42) :
- Crustose, jika talus terbentuk seperti kerak (kulit keras), berukuran kecil, datar dan tipis. melekat erat pada substratnya (batu, kulit pohon atau tanah). Contohnya : Physcia,Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium. Lichen krustos yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan yang biasanya disebut endolitik.
- Foliose, jika talus berbentuk seperti daun. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan. Contohnya : Umbillicaria, Parmelia, Xantoria, Physcia, Peltigera.
- Frutikose, jika talus tegak seperti semak atau menggac ntung seperti jumbai atau pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Contohnya : Usnea longissima.
- Squalumose, Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia. Contoh : Psora pseudorusselli, Cladonia carneola.
Perkembangbiakan lichenes melalui tiga cara, yaitu (Indah, 2009 : 44) :
1. Secara
Vegetatif
- Fragmentasi : Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah individu.
- Isidia : Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.
- Soredia : Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru. Lichenes yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
2. Secara Seksual
Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas
pada pembiakan jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual
adalah kelompok jamur yang membangun tubuh lichenes.
Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan karena
merupakan gabungan dari alga dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda.
Para ahli klasifikasitaksonomi seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan
Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa lichenes dikelompokkan dan
diklasifikasikan ke dalam kelompok jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam
ordo Leocanorales dari Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan agar lichenes
dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang berbeda dari alga dan fungi.
Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar klasifikasinya
secara umum adalah sebagai berikut (Indah, 2009 : 44):
1. Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya :
A. Ascolichens
- Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
- Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.
Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga oleh
komponen alga dari famili: Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa
gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia,
Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus,
Trentopohlia, Cladophora dll.
B. Basidiolichenes
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga
Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga
genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filamen
yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.
C. Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus,
Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dll.
2. Berdasarkan alga yang menyusun thalus :
A. Homoimerus
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada
thallus. Komponen alga mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk
dalam Mycophyceae.
B. Heteromerous
Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas
thallus dan komponen jamur menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak berupa
gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia.
2.3. Lumut (Bryophyta)
Lumut
Merupakan jenis tumbuhan rendah yang beradaptasi dangan linkungan darat dan
mempunyai tingkat perkembangan lebih tinggi dari pada Thalophyta. Pada umumnya
tumbuhan lumut menyukai tempat-tempat lembab dan basah di dataran rendah hingga
dataran tinggi. Tumbuhan lumut berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan
plastida yang menghasilkan klorofil a dan b, lumut bersifat autotrof. Lumut
merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan lumut berkormus dan bertalus.
Lumut dapat beradaptasi untuk tumbuh di tanah, belum mempunyai jaringan
pengangkut, sudah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa (Birsyam,
1992).
Batang dan daun tegak memiliki susunan
berbeda-beda. Batang apabila dilihat secara melintang akan tampak susunan
sebagai berikut selapis sel kulit, lapisan kulit dalam (korteks), silinder
pusat yang terdiri sel-sel parenkimatik yang memanjang untuk mengangkut air dan
garam-garam mineral; belum terdapat floem dan xilem. Sel-sel daunnya kecil,
sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Lumut
hanya dapat tumbuh memanjang tetapi tidak membesar, karena tidak ada sel berdinding
sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong. Rizoid seperti benang
sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap garam-garam
mineral (Birsyam, 1992).
Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri
dari: vaginula, seta, apofisis, kaliptra, kolumela. Sporofit tumbuh pada
gametofit menyerupai daun. Gametofit berbentuk seperti daun dan di bagian
bawahnya terdapat rizoid yang berfungsi seperti akar. Jika sporofit tidak
memproduksi spora, gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk
melakukan reproduksi seksual (Yulianto, 1992).
Reproduksi lumut bergantian antara fase seksual dan
aseksual melalui pergiliran keturunan atau metagenesis. Reproduksi aseksual
dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit. Reproduksi seksualnya dengan
membentuk gamet-gamet dalam gametofit. Ada dua macam gametangium yaitu
arkegonium (gametangium betina) bentuknya seperti botol dengan bagian lebar
yang disebut perut, yang sempit disebut leher dan anteridium (gametangium
jantan) berbentuk bulat seperti gada. Jika anteridium dan arkegonium dalam satu
individu tumbuhan lumut disebut berumah satu (monoesis). Jika dalam satu
individu hanya terdapat anteridium atau arkegonium saja tumbuhan lumut disebut
berumah dua (diesis) (Yulianto, 1992).
Lumut yang sudah teridentifikasi mempunyai jumlah
sekitar 16 ribu spesies dan telah dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu: lumut
hati, lumut tanduk dan lumut daun (Yulianto, 1992).
1.
Lumut Hati (Hepaticopsida)
Lumut hati tubuhnya berbentuk
lembaran, menempel di atas permukaan tanah, pohon atau tebing. Terdapat rizoid
berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang
dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara
generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya: Ricciocarpus,
Marchantia dan lunularia.
2. Lumut Tanduk (Anthoceratopsida)
Bentuk tubuhnya seperti lumut
hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut
tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau
sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Contohnya Anthocerros
sp.
3.
Lumut Daun (Bryopsida)
Lumut daun juga disebut lumut
sejati. Bentuk tubuhnya berupa tumbuhan kecil dengan bagian seperti akar
(rizoid), batang dan daun. Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada
cabang-cabang batang. Kuncup akan membentuk lumut baru. Contoh: Spagnum
fibriatum, Spagnum squarosum.
Manfaat lumut bagi kehidupan antara lain: Marchantia
polymorpha untuk mengobati penyakit hepatitis, Spagnum sebagai
pembalut atau pengganti kapas, jika Spagnum ditambahkan ke tanah dapat
menyerap air dan menjaga kelembaban tanah (Yulianto, 1992).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Kuliah Kerja Lapangan
dengan judul “Identifikasi Jamur (Fungi), Lumut Kerak (Lichen), dan Lumut
(Bryophyta)” dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 01 November 2014 di Taman
Hutan Raya R. Soeryo (Cangar) Batu-Malang.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan pada
penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian
kali ini adalah sebagai berikut :
1.
Pensil
1 Buah
2.
Penggaris
1 Buah
3.
Note book
1 Buah
4.
Label
3 Buah
5.
Plastik
3 Buah
6.
Buku Identifikasi
2 Buah
7.
Kamera
1 Buah
3.2.2. Bahan
Bahan yang dibutuhkan pada
peelitian kali ini adalah :
1.
Spesies
Jamur (Fungi) yang ditemukan Secukupnya
2. Spesies Lumut Kerak (Lichen) yang
ditemukan Secukupnya
3. Spesies Lumut (Bryophyta)
yang ditemukan Secukupnya
3.3. Langkah Kerja
Langkah kerja pada penelitian
kali adalah sebagai berikut :
1. Dicari lumut
kerak (lichen), lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) dengan menusuri jalan di
kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu - Malang.
2. Diambil
gambar lumut kerak (lichen), lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) dengan kamera
digital pada setiap spesies yang ditemukan.
3. Dimasukkan hasil temuan ke dalam
kantong plastik dan diberi label.
4. Dilakukan
pengidentifikasian terhadap spesies lumut kerak (lichen), lumut (bryophyta),
dan jamur (fungi) yang ditemukan.
5. Di
bahas spesies lumut kerak (lichen), lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) yang
telah teridentifikasi dalam pembuatan laporan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Ganoderma lucidum
4.1.1. Hasil Pengamatan
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
|
(Taylor, 1960)
|
Keterangan :
Ø Panjang 7,5
cm
Ø Lebar 6 cm
Ø Permukaan
Halus
Ø Tekstur
Keras
Ø Berwarna
hitam kecoklatan di tengah dan putih di pinggir
4.1.2. Pembahasan
Menurut Gandjar (1999), jamur jenis Ganoderma
lucidum memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Divisi
: Basidiomycetes
Classis : Homobasidiomycetes
Ordo : Hymenomycetes
Family : Polyporaceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma lucidum
Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan, jamur jenis Ganoderma lucidum
Memiliki
panjang keseluruhan sekitar 7,5 cm dan lebar keseluruhan sekitar 6 cm. Jamur
ini memiliki permukaan yang halus dengan tekstur yang keras. Jamur ini juga
dikenal dengan Jamur kayu karena substrak dari Ganoderma
lucidum berada pada kayu yang lembab atau menempel pada
pepohonan. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada jamur kayu (Ganoderma lucidum) dapat dilihat bagian-bagian dari
jamur kayu antara lain adalah tudung, bagian yang melekat pada substrat, dan
lamella. Pada bagian tudungnya berbentuk seperti ginjal. Secara keseluruhan warna
dari tudung dan lamella adalah cokelat tua, namun lamelanya warnanya lebih muda
dan berkerak.
Ganoderma lucidum merupakan
organisme tingkat rendah yang belum mempunyai akar, batang, dan daun. Sehingga
disebut dengan tumbuhan thallus.Tubuhnya terdiri dari satu sel (uniseluler) dan
bersel banyak (multiseluler), selnya berbentuk benang (hifa). Hifa akan
bercabang-cabang membentuk bangunan seperti anyaman yang disebut miselium
(Dwidjoseputro, 2005).
Gandjar (1999), menambahkan bahwa
cendawan Ganoderma lucidum mempunyai tubuh multiseluler, yang terdiri
dari hifa yang bersekat, hidup saprofit, parasite atau membentuk mikhoriza.
Tubuh buah disebut basidiokarpya itu tempat terbentuknya basidium. Basidium
sendiri terbentuk dari spora basidium dan basidiokarp tersusun atas
basidium-basidium yang didalmnya berisi spora.
Basidiokarp seperti kertas atau
kulit atau kayu. Hymenium terdapat pada
satu sisi atau seluruhnya. Banyak tumbuh pada pohon atau saprofit dan biasa merusak kayu atau bangunan. Ganoderma lucidum
tubuh buahnya berbentuk setengah lingkaran, banyak terdapat pada kayu yang
sudah lapuk. Jamur ini tidak mempunyai batang dan bertumpu diatas batang-batang.
Cendawan yang baru tumbuh berwarna kuning
muda kecokelatan, setelah itu akan berubah warna menjadi cokelat tua (Wahyu,
2005).
Reproduksi Ganoderma lucidum dapat
dilakukan dengan vegetative dan fragmentasi.
Sedangkan perkembangbiakan seksualnya adalah dengan pembentukan spora basidium
(Gandjar, 1999). Menurut Dwidjoseputro (2005), menyatakan bahwa reproduksi
jamur ini terjadi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi aseksual adalah dengan membentuk sporakonidia seperti
zygomycota dan Ascomycota. Reproduksi seksualnya melalui perkawinan antar hifa
yang berbeda jenis menghasilkan spora
seksual (sporageneratif) yaitu spora basidium.
Ganoderma lucidum adalah salah
satu sumber yang sebagai asam granodesik,
yang mempunyai struktur molekul yang sama dengan hormon steroid dan polisakarida (Wahyu, 2005).
4.2. Parmelia Sulcata
4.2.1. Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
|
(Taylor, 1960)
|
Keterangan :
Ø Panjang 15
cm
Ø Lebar 4 cm
Ø Permukaan
Halus
Ø Tekstur
Tipis
Ø Berwarna
hijau keperakan
Ø Seperti daun
atau lembaran-lembaran
4.2.2. Pembahasan
Menurut
Suhono (2012), lichen spesies Parmelia Sulcata memiliki klasifikasi
sebagai berikut :
Divisi : Ascomycota
Classis
: Ascolichenes
Ordo
: Lecanorales
Family
: Parmeliaceae
Genus
: Parmelia
Species
: Parmelia Sulcata
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan lichen jenis Parmelia Sulcata memiliki panjang
keseluruhan 15 cm dan lebar keseluruhan 4 cm. Lichen ini ditemukan menempel
pada ranting pohon dan
bentuknya seperti lembaran daun, warnanya hijau keabu-abuan, talusnya berbentuk seperti daun atau yang dikenal
dengan foliose dan mempunyai akar yang biasa disebut dengan rhizines. Lichen
ini memiliki permukaan yang halus dengan tekstur yang tipis.
Hal
ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Hasnunidah (2009) yang
menyatakan bahwa lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun
oleh lobus-lobus. Lichen ini relative lebih longgar melekat pada substratnya.
Thalusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar,
bagian atas dan bawahnya pun berbeda. Lichen ini melekat pada batu, ranting
dengan rhizines yang berfungsi sebagai alat mengabsorbsi makanan.
Berdasarkan hasil pengamatan, Parmelia
Sulcata hidupnya epifit yaitu menempel pada tanah dan ada juga yang
menempel pada ranting tumbuhan tingkat tinggi, Haryakusuma (2012) juga
menyatakan bahwa sifat hidupnya pada Parmelia Sulcata adalah epifit
(menempel pada batu, dinding, dan kulit kayu pohon tropika), namun mampu
menghasilkan makanan sendiri yaitu pada lapisan gonidiam yang mengandung
ganggang.
Jenis ini banyak terdapat di
Indonesia, tumbuh pada batang tanaman dan kayu lapuk dan di batuan. Tubuh buah
mengkerut dengan tepian putih. Kerutan tubuh buah berbentuk mirip mangkuk (Suhono,2012).
Genus parmelia merupakan marga
lichen yang besar dengan penyebaran luas. Jenis-jenisnya memiliki talus
berbentuk foliose atau lobatus. Terdapat korteks atas dan bawah, dan menempel
pada substrat rhizine. Fotobion parmelia adalah ganggang hijau golongan
Trebouxioid. Spora tunggal, tidak berwarna, berbentuk elips, dan berjumlah 2-9
per askus. Identifikasi morfologi parmelia hingga species cukup sulid
dilakukan, oleh karena itu perlu dipelajari identifikasi secara kimiawi (Suhono,2012).
Di berbagai Negara di bumi belahan
utara, beberapa jenis parmelia adalah sumber bahan pencelup yang sangat
penting. Genus ini masih dalam penelitian sehingga jumlah spesiesnya masih
belum pasti. Di subkontinen India tercatat ada sekitar 125 spesies. Namun
diperkirakan di seluruh dunia terdapat sekitar 2.011 spesies. Lichen ini lazim
tumbuh dalam koloni pada batang tumbuhan yang telah lapuk. Daerah dengan
kelembapan tinggi amat disukainya, terutama di tepian sungai. Lichen kerut
berkembang biak dengan 2 cara, seksual dan aseksual. Apothesia muncul pada
tubuh buah dengan bentuk mangkuk berisi askus. Askus berisi spora dengan bentuk
lonjong. Perkembangbiakan aseksual atau vegetative dilakukan dengan pemisahan
bagian tubuh yag kemudian tumbuh menjadi individu baru (Suhono,2012).
Manfaat
Parmelia Sulcata untuk membantu melapukkan batu-batuan. Selain itu,
sebagai vegetasi perintis atau tumbuhan pioneer, membantu proses pembuatan
tanah dan sebagai indicator pencemaran udara.
Kesimpulan
yang didapatkan adalah bahwa hasil pengamatan yang dilakukan dengan pengamatan
yang dilakukan oleh Suhono (2012) dapat dikatakan sesuai. Hal ini karena
menurut Suhono (2012), Parmelia Sulcata Memiliki bentuk seperti daun
atau lembaran-lembaran yang tersusun oleh lobus-lobus atau dapat juga dikatakan
sebagai Lichen Foliose.
4.3. Marchantia polymorpha
4.3.1. Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
(Taylor, 1960)
|
Keterangan :
Ø Panjang
Keseluruhan 13 cm
Ø Lebar
Keseluruhan 10 cm
Ø Panjang Daun
3 cm
Ø Lebar Daun 3
cm
Ø Panjang
Antegonium 2 cm
Ø Panjang
Arkegonium 1,5 cm
Ø Permukaan
Halus
Ø Tekstur
seperti Berdaging
Ø Berwarna
Hijau muda – Hijau tua
4.3.2. Pembahasan
Menurut
Suhono (2012), lumut spesies Marchantia
polymorpha memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Divisio : Bryophyta
Classis : Hepaticae
Ordo :
Marchantiales
Familia : Marchantiae
Genus : Marchantia
Species : Marchantia
polymorpha
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan, lumut jenis Marchantia polymorpha memiliki
panjang keseluruhan 13 cm dan lebar keseluruhan 10 cm. Panjang daun dari lumut
ini adalah 3 cm dan lebar daun adalah 3 cm. Lumut yang ditemukan di Taman Hutan
Raya (Tahura) R. Soeryo (Cangar) memiliki panjang anteredium 2 cm dan panjang
arkegonium 1,5 cm. Lumut jenis ini juga memiliki permukaan yang halus dan
tekstur berdaging. Lumut ini memiliki warna hijau muda – hijau tua.
Marchantia
polymorpha termasuk lumut hati atau hepaticopsida. Bentuk
thallusnya seperti lembaran daun, berbentuk hati. Bagian-bagian yang dimiliki
antaranya adalah kupula, takik, lobus talus dan rusuk. Reproduki yang
dilakukan baik secara vegetative dengan gemma (kuncup) atau dengan
generative dengan menggunankan anteridium dan archegonium.
Marchantia
polymorpha termasuk dalam lumut hati dan dimasukkan dalam Classis
Hepaticopsida karena lebih dikenal dengan nama lumut hati. Gametofit pada
umumnya berbentuk seperti pita yang bercabang, dorsiventral, menempel pada
tanah dengan perantara rhizoid. Sporofit tidak memounyai sel-sel yang
mengandung kloroplas dan tidak ada jaringan steril yang disebut kolumela. Marchantia
polymorpha dimasukkan dalam Familia Marchantiales karena talus
seperti pita, agak tebal, berdaging, bercabang menggarpu, dan mempunyai
rusuk tengah yang tidak begitu tidak menonjol. Sisi bawah
talus terdapat sisik-sisik ventral (sisik perut), juga terdapat rhizoid (Aslan,
1998).
Marchantia
polymorpha memiliki talus seperti pipa yang lebarnya kurang
lebih 2 cm, agak tebal, bercabang-cabang menggarpu dan mempunyai suatu lekuk di
tengah yang tidak begitu jelas menonjol. Pada sisi bawah terdapat selapis
sel-sel yang menyerupai daun yang dinamakan sisik-sisik perut atau sisik
ventral.Selain itu pada bagian talus terdapat rizoid-rizoid yang bersifat
fototrop aktif dan dinding selnya mempunyai penebalan ke dalam yang bentuknya
seperti sekat-sekat yang tidak sempurna (Estiati, 1995).
Perkembangbiakan secara vegetative
maupun generative. Reproduksi vegetative dengan membentuk gemma atau kuncup. Gemma
ini tumbuh pada struktur yang disebut cupula pada thallus bagian atas. Kupula
berbentuk mangkuk dan gemmanya sangat kecil berbentuk lensa yang menempel pada
tangkai pendek di atas dasar kupula. Gemma dapat terlepas bebas oleh air hujan
dan bilamana gemmma melekat pada bagian pipih dari tanah, maka dari bagian
bawahnya keluar rizoid keluar thallus yang baru akan berkembang (Estiati, 1995).
Reproduksi generative terjadi
dengan membentuk gamet. Dari thallus yang berbentuk lembaran daun,
organ anteridium dan archegonium mencuat ke atas. Bentuk archegonium
seperti payung, yang memiliki lekuk-lekuk pada tepinya, sedangkan
anteridium seperti payung yang tepinya rata (Birsyam, 1992)
Anteridium merupaka organ
kelamin jantan yang menghasilkan ovum. Sperma yang masuk berenang dalam
air untuk mencapai ovum sehingga terjadi fertilisasi dan menghasilkan
zigot yang akan tumbuh untuk menjadi thallus baru. Anteridium mempunyai
tangkai yang disebut anteridiofor dan tangkai archegonium yang disebut
archegonium (Birsyam, 1992).
Marchantia polymorpha berfungsi
sebagai obat penyakit yaitu hepatitis C. antivirus pada tumbuhan ini berfungsi
dalam menangkal pertumbuhan virus pada hati. Selain itu, tumbuhan ini juga berfungsi
untuk menghilangkan racun gigitan ular pada tingkatan pertama (Aslan, 1998).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada
penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
- Jenis jamur (fungi) yang ditemukan di Taman Hutan Raya R. Soeryo (Cangar) yakni dari jenis Ganoderma lucidum. Jenis lumut kerak (lichen) yang ditemukan berasal dari jenis Parmelia sulcata dan jenis dari lumut (Bryopsida) yang ditemukan berasal dari jenis Marchantia polymorpha, lumut jenis ini termasuk kedalam lumut Hepaticopsida.
- Ciri-ciri morfologi dari ketiga jenis spesies tersebut yakni :
a.
Jenis jamur Ganoderma lucidum memiliki
ciri-ciri tubuhnya terdiri dari satu sel (uniseluler) dan
bersel banyak (multiseluler), selnya berbentuk benang (hifa). Reproduksi Ganoderma
lucidum dapat dilakukan dengan vegetative
dan fragmentasi. Sedangkan perkembangbiakan seksualnya adalah dengan
pembentukan spora basidium.
b.
Jenis lichen Parmelia
Sulcata memiliki ciri-ciri Thalusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang
mengkerut berputar, bagian atas dan bawahnya pun berbeda. Lichen ini melekat
pada batu, ranting dengan rhizines yang berfungsi sebagai alat mengabsorbsi
makanan.
c.
Jenis lumut Marchantia polymorpha memiliki
ciri-ciri bentuk thallusnya seperti lembaran daun, berbentuk
hati. Reproduki yang dilakukan baik secara vegetative dengan gemma
(kuncup) atau dengan generative dengan menggunankan anteridium dan archegonium.
5.2. Saran
Sebaiknya pada saat melakukan
pengamatan di Taman Hutan Raya (Tahura) R. Soeryo praktikan sangat membutuhkan
asisten untuk mendampingi pada saat pencarian dan pengidentifikasian, agar
praktikan dapat mengetahui lebih banyak jenis dari jamur (fungi), lumut kerak
(lichen), dan lumut (Bryopsida) yang terdapat di Tahura R. Soeryo.
DAFTAR PUSTAKA
Aslan, Ahmad.1998. Taksonomi Tumbuhan
Rendah. Bogor : Citra Karya
Birsyam, Inge L. 1992. Botani
Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB
Campbell.
2003. Biologi Jilid 3.
Jakarta : Erlangga
Dwidjoseputro.
2005. Karakteristik Jamur atau Fungi. Bandung : ITB Press
Estiati B, Hidayat. 1995.Taksonomi tumbuhan (Cryptogamae). Bandung: ITB Bandung
Gandjar.
1999. Pengertian Jamur. Bandung : Yrama Putra
Hadioetomo. 1993.Cerdas Belajar Biologi.
Bandung
:
Grafindos
Hasnunidah, Neni. 2009. Botani Tumbuhan Rendah.
Bandarlampung : Unila
Haspara. 2004. Biologi. Surakarta : Widya
Duta
Hawksworth. 1984. The Lichen-Forming Fungi.
Chapman and Hall Publisher
Indah, Najmi. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah. Jember
: PGRI Jember
Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Jakarta :
JICA
Sastrahidayat, I.R. 2010. Mikologi Ilmu Jamur.
Malang: UB Press
Suhono, Budi. 2012. Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan Runjung Dan Jamur.
Jakarta: Lentera Abadi
Taylor. 1960. Biologi. Bandung
: Ganeca Exact
Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi
Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Wahyu.
2005. Macam-macam Jamur. Bandung : ITB Press
Waluyo,
Lud. 2004. Mikrobiologi Umum.
Malang : UMM PRESS
Yulianto,
Suroso Adi. 1992. Pengantar
Cryptogamae. Bandung : Tarsito