Rabu, 12 November 2014

Save a Thallophyta



 


LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
Identifikasi Jamur (Fungi), Lumut Kerak (Lichen), Dan Lumut (Bryopsida) Di Taman Hutan Raya R. Soeryo (Cangar) Batu-Malang

                       Mata kuliah: Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh
                             Dosen Pengampu:   Drs. Sulisetijono, M.Si
                                                             Ainun Nikmati Laili, M.Si


Disusun oleh :
                                           Dina Isti’anah (13620020)
                                           M. Rusydi Amin (13620038)
                                           Nabila Farah Dhiba (13620040)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
 


 

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt,  karena rahmat dan nikmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas laporan Kuliah Kerja Lapangan Mata Kuliah Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh ini, yang diberikan oleh Ibu Ainun Nikmati Laili, M.Si dan Bapak Drs. Sulisetijono, M.Si selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh.
 Pembuatan laporan ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari dosen yang bersangkutan agar memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan laporan.
 Makalah ini berjudul”Identifikasi Jamur, Lichen, dan Lumut di Taman Hutan Raya R. Soeryo (Cangar)”. Adapun sumber-sember dalam pembuatan laporan ini, didapatkan dari beberapa buku yang membahas tentang materi yang berkaitan dan juga melalui media internet.
Kami sebagai penyusun laporan ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk mengucapkannya. Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan kami yang masih seorang mahasiswa. 
Dalam pembuatan laporan ini mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurang yang ditemukan, oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kami dengan besar hati sangat mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
                                             
                                                                          Malang, 04 November 2014

                                                                                      Penulis

DAFTAR ISI


























BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Negara Indonesia terkenal dengan sebutan Jambrut khatulistiwa, oleh sebab itu tidak mengherankan jika Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupuan fauna.Beberapa keanekaragam flora yang di miliki Indonesia adalah keanekaragaman Fungi, Lichens, dan Lumutnya (Haspara, 2004).
Tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan golongan tumbuhan yang tingkat perkembangannya lebih tinggi daripada Thallophyta umumnya mempunyai warna yang benar-benar hijau, karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang mengandung klorofil-a dan b. Lichenes adalah suatu organisme yang merupakan suatu bentuk simbiosis erat dari fungi sebagai mycobion dan alga hijau yang berupa photobion. Fungi atau jamur banyak terdapat di daerah yang lembab. Jamur apabila dibandingkan dengan tumbuhan yang lain, tumbuhan ini tubuh buahnya berupa talus, menghasilkan spora, dinding selnya mengandung kitin dan tidak memilki flagel dalam daur hidupnya. Fungi, Lichens dan Lumut dapat ditemukan di tempat tempat yang masih terjaga kealamianya seperti hutan mengingat peranannya sebagai indikator lingkungan (Campbell, 2003).
Salah satu tempat yang mempunyai memiliki spesies-spesies tersebut dengan keanekaragaman yang cukup adalah Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar. Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar adalah kawasan hutan yang terletak di Kota Batu Jawa Timur pada ketinggian kurang lebih 1600 m di atas permukaan laut,  merupakan kawasan konservasi dibawah naungan Balai Taman Hutan Raya milik Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur terutama di wilayah Batu yang masuk kawasan Cagar Alam.
Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30:


 





Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Dari ayat diatas, dijelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan berbagi macam tumbuhan yang baik di bumi. Maka sebagai manusia (khalifah) di muka bumi ini, kita harus memelihara, memakmurkan, melestarikan, mengambil manfaatnya, menggali, mengelola alam demi terwujudnya dan kesejahteraan segenap umat manusia.
            Oleh karena itu, Kuliah Kerja Lapangan di Taman Hutan Raya R. Soeryo (Cangar) ini bertujuan agar para mahasiswa khususnya jurusan Biologi dapat lebih mudah mengklasifikasian dan mengamati struktur morfologi dari Jamur, Lichen, dan Lumut.

1.2.  Rumusan Masalah

            Adapun Rumusan Masalah dilaksanakan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana ciri-ciri morfologi dari Jamur, Lichen, dan Lumut yang ditemukan di Tahura R. Soeryo (Cangar)?
2.      Apa saja jenis-jenis dari Jamur, Lichen, dan Lumut yang ditemukan di Tahura R. Soeryo (Cangar)?

1.3.  Tujuan

            Tujuan dilaksanakan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut :
  1. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Jamur, Lichen, dan Lumut yang ditemukan di Tahura R. Soeryo (Cangar).
  2. Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi dari jenis Jamur, Lichen, dan Lumut yang ditemukan di Tahura R. Soeryo (Cangar).

1.4.  Manfaat

            Adapun manfaat dilaksanakannya Kuliah Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut:
1.      Menambah wawasan mahasiswa terutama mahasiswa biologi mengenai keanekaragaman Fungi, Lichens, dan Lumut.
2.      Mengetahui jenis, klasifikasi dan ciri-ciri dari Lichen, Lumut dan Jamur yang terdapat di Cangar Batu Malang.






















BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jamur (Fungi)

            Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Hadioetomo,1993).
            Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Kusnadi,2003).
            Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangga dari pada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya (Kusnadi,2003).
            Tubuh buah suatu jenis jamur dapat berbeda dengan jenis jamur lainnya yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan tudung (pileus), tangkai (stipe), dan lamella (gills) serta cawan (volva). Adanya perbedaan ukuran, warna, serta bentuk dari pileus dan stipe merupakan ciri penting dalam melakukan identifikasi suatu jenis jamur (Kusnadi,2003).
            Menurut Kusnadi (2003), beberapa karakteristik umum dari jamur yaitu: jamur merupakan organisme yang tidak memiliki klorofil sehingga cara hidupnya sebagai parasit atau saprofit. Tubuh terdiri dari benang yang bercabang-cabang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, berkembang biak secara aseksual dan seksual.
            Secara alamiah jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu dengan fragmentasi miselium, pembelahan (fission) dari sel-sel somatik menjadi sel-sel anakan. Tunas (budding) dari sel-sel somatik atau spora, tiap tunas membentuk individu baru, pembentukan spora aseksual, tiap spora akan berkecambah membentuk hifa yang selanjutnya berkembang menjadi miselium (Kusnadi,2003).
            Reproduksi secara seksual melibatkan peleburan dua inti sel yang kompatibel. Proses reproduksi secara seksual terdiri dari tiga fase yaitu plasmogami, kariogami dan meiosis. Plasmogami merupakan proses penyatuan antara dua protoplasma yang segera diikuti oleh proses kariogami (persatuan antara dua inti). Fase meiosis menempati fase terakhir sebelum terbentuk spora. Pada fase tersebut dihasilkan masing-masing sel dengan kromosom yang bersifat haploid (Kusnadi,2003).
            Mc-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari kategori taksonomi, dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus seksualnya. Kelompok-kelompok ini adalah : Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Terkecuali untuk deuteromycetes, semua jamur menghasilkan spora seksual yang spesifik. (Kusnadi,2003).
            Fungi hidup sebagai saprofit atau parasit, ada yang dalam air, tetapi lebih banyak yang hidup didaratan. Sedangkan di dalam laut jarang sekali didapatkan. Kebanyakan jamur yang hidup saprofit dapat dipelihara pada substrat buatan (Waluyo, 2004).

2.2. Lumut Kerak (Lichen)

            Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dari golongan Ascomycotina atau Basidiomycotina (mikobion) dengan Chlorophyta atau Cyanobacteria bersel satu (fikobion). Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Lumut kerak bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali (Indah, 2009 : 41).
            Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan dua tanaman yang hidup bersama (bersimbiosis), yaitu antara fungi (jamur) dan yang berwarna hijau disebut ganggang (alga) sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. Ganggang membuat makanan untuk jamur. Sebab utama hijau yang dimilikinya memungkinkan ganggang melakukan proses fotosintesis, memasak makanan. Sementara itu, tugas jamur adalah member perlindungan terhadap kekeringan. Lichenes adalah  tanaman yang hebat. Berbeda dari lumut biasa yang tumbuh di tempat lembap, lichenes bias tumbuh di tempat-tempat yang sulit, tempat yang sangat dingin dan kering. Lichenes ini hidup secara epifit pada pohon-pohonan tetapi dapat juga hidup di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai dan juga gunung-gunung yang tinggi (Tjitrosoepomo, 1989).
            Tubuh  lichenes  dinamakan  thalus  yang  secara  vegetative  mempunyai  kemiripan dengan  alga dan  jamur. Thalus ini  berwarna abu-abu  atau  abu-abu  kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah  dengan  habitat yang bervariasi. Bagian  tubuh yang  memanjang  secara  seluler  dinamakan  hifa. Hifa  merupakan organ vegetative dari thalus atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu berada  pada bagian  permukaan dari  thalus (Hawksworth, 1984).
            Menurut bentuk pertumbuhannya, lumut kerak terbagi menjadi tiga tipe yaitu (Indah, 2009:42) :
  1. Crustose, jika talus terbentuk seperti kerak (kulit keras), berukuran kecil, datar dan tipis. melekat erat pada substratnya (batu, kulit pohon atau tanah). Contohnya : Physcia,Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium. Lichen krustos yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan yang biasanya disebut endolitik.
  2. Foliose, jika talus berbentuk seperti daun. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk  mengabsorbsi makanan. Contohnya : Umbillicaria, Parmelia, Xantoria, Physcia, Peltigera.
  3. Frutikose, jika talus tegak seperti semak atau menggac ntung seperti jumbai atau pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Contohnya : Usnea longissima.
  4. Squalumose, Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia. Contoh : Psora pseudorusselli, Cladonia carneola.
Perkembangbiakan lichenes melalui tiga cara, yaitu (Indah, 2009 : 44) :
1.      Secara Vegetatif
  1. Fragmentasi : Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah individu.
  2. Isidia : Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.
  3. Soredia : Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru. Lichenes yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
2.      Secara Seksual
Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh lichenes.
Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan gabungan dari alga dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli klasifikasitaksonomi seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan agar lichenes dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang berbeda dari alga dan fungi. Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar klasifikasinya secara umum adalah sebagai berikut (Indah, 2009 : 44):
1. Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya :
A.  Ascolichens
  1. Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
  2. Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.
Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga dari famili: Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dll.
B. Basidiolichenes
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filamen yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.
C. Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dll.

2. Berdasarkan alga yang menyusun thalus :
A. Homoimerus
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae.
B. Heteromerous
Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia.

2.3. Lumut (Bryophyta)

Batang dan daun tegak memiliki susunan berbeda-beda. Batang apabila dilihat secara melintang akan tampak susunan sebagai berikut selapis sel kulit, lapisan kulit dalam (korteks), silinder pusat yang terdiri sel-sel parenkimatik yang memanjang untuk mengangkut air dan garam-garam mineral; belum terdapat floem dan xilem. Sel-sel daunnya kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Lumut hanya dapat tumbuh memanjang tetapi tidak membesar, karena tidak ada sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong. Rizoid seperti benang sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap garam-garam mineral (Birsyam, 1992).
Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri dari: vaginula, seta, apofisis, kaliptra, kolumela. Sporofit tumbuh pada gametofit menyerupai daun. Gametofit berbentuk seperti daun dan di bagian bawahnya terdapat rizoid yang berfungsi seperti akar. Jika sporofit tidak memproduksi spora, gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk melakukan reproduksi seksual (Yulianto, 1992).
Reproduksi lumut bergantian antara fase seksual dan aseksual melalui pergiliran keturunan atau metagenesis. Reproduksi aseksual dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit. Reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet-gamet dalam gametofit. Ada dua macam gametangium yaitu arkegonium (gametangium betina) bentuknya seperti botol dengan bagian lebar yang disebut perut, yang sempit disebut leher dan anteridium (gametangium jantan) berbentuk bulat seperti gada. Jika anteridium dan arkegonium dalam satu individu tumbuhan lumut disebut berumah satu (monoesis). Jika dalam satu individu hanya terdapat anteridium atau arkegonium saja tumbuhan lumut disebut berumah dua (diesis) (Yulianto, 1992).
Lumut yang sudah teridentifikasi mempunyai jumlah sekitar 16 ribu spesies dan telah dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu: lumut hati, lumut tanduk dan lumut daun (Yulianto, 1992).
1.      Lumut Hati (Hepaticopsida)
Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan tanah, pohon atau tebing. Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya: Ricciocarpus, Marchantia dan lunularia.
2.     Lumut Tanduk (Anthoceratopsida)
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Contohnya Anthocerros sp.
3.      Lumut Daun (Bryopsida)
Lumut daun juga disebut lumut sejati. Bentuk tubuhnya berupa tumbuhan kecil dengan bagian seperti akar (rizoid), batang dan daun. Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang-cabang batang. Kuncup akan membentuk lumut baru. Contoh: Spagnum fibriatum, Spagnum squarosum.
Manfaat lumut bagi kehidupan antara lain: Marchantia polymorpha untuk mengobati penyakit hepatitis, Spagnum sebagai pembalut atau pengganti kapas, jika Spagnum ditambahkan ke tanah dapat menyerap air dan menjaga kelembaban tanah (Yulianto, 1992).


























BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.  Waktu dan Tempat

            Kuliah Kerja Lapangan dengan judul “Identifikasi Jamur (Fungi), Lumut Kerak (Lichen), dan Lumut (Bryophyta)” dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 01 November 2014 di Taman Hutan Raya R. Soeryo (Cangar) Batu-Malang.

3.2.  Alat dan Bahan

            Alat dan bahan yang dibutuhkan pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
            3.2.1. Alat
                     Alat yang digunakan pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
1.      Pensil                                                                    1 Buah                                                                
2.      Penggaris                                                               1 Buah
3.      Note book                                                              1 Buah
4.      Label                                                                     3 Buah
5.      Plastik                                                                   3 Buah
6.      Buku Identifikasi                                                    2 Buah
7.      Kamera                                                                  1 Buah
            3.2.2. Bahan
                    Bahan yang dibutuhkan pada peelitian kali ini adalah :
1.      Spesies Jamur (Fungi) yang ditemukan                       Secukupnya
2.      Spesies Lumut Kerak (Lichen) yang ditemukan          Secukupnya
3.      Spesies Lumut (Bryophyta) yang ditemukan   Secukupnya

3.3. Langkah Kerja

            Langkah kerja pada penelitian kali adalah sebagai berikut :
1.      Dicari lumut kerak (lichen), lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) dengan menusuri jalan di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu - Malang.
2.      Diambil gambar lumut kerak (lichen), lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) dengan kamera digital pada setiap spesies yang ditemukan.
3.       Dimasukkan hasil temuan ke dalam kantong plastik dan diberi label.
4.      Dilakukan pengidentifikasian terhadap spesies lumut kerak (lichen), lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) yang ditemukan.
5.      Di bahas spesies lumut kerak (lichen), lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) yang telah teridentifikasi dalam pembuatan laporan.

























BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Ganoderma lucidum

       4.1.1. Hasil Pengamatan


Gambar Pengamatan
Gambar Literatur

(Taylor, 1960)

Keterangan :
Ø  Panjang 7,5 cm
Ø  Lebar 6 cm
Ø  Permukaan Halus
Ø  Tekstur Keras
Ø  Berwarna hitam kecoklatan di tengah dan putih di pinggir

       4.1.2. Pembahasan

            Menurut Gandjar (1999), jamur jenis Ganoderma lucidum memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Divisi : Basidiomycetes
          Classis : Homobasidiomycetes
                    Ordo : Hymenomycetes
                             Family : Polyporaceae
                                       Genus : Ganoderma
                                                   Spesies : Ganoderma lucidum
            Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, jamur jenis Ganoderma lucidum
Memiliki panjang keseluruhan sekitar 7,5 cm dan lebar keseluruhan sekitar 6 cm. Jamur ini memiliki permukaan yang halus dengan tekstur yang keras. Jamur ini juga dikenal dengan Jamur kayu karena substrak dari Ganoderma lucidum berada pada kayu yang lembab atau menempel pada pepohonan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada jamur kayu (Ganoderma lucidum) dapat dilihat bagian-bagian dari jamur kayu antara lain adalah tudung, bagian yang melekat pada substrat, dan lamella. Pada bagian tudungnya berbentuk seperti ginjal. Secara keseluruhan warna dari tudung dan lamella adalah cokelat tua, namun lamelanya warnanya lebih muda dan berkerak.
            Ganoderma lucidum merupakan organisme tingkat rendah yang belum mempunyai akar, batang, dan daun. Sehingga disebut dengan tumbuhan thallus.Tubuhnya terdiri dari satu sel (uniseluler) dan bersel banyak (multiseluler), selnya berbentuk benang (hifa). Hifa akan bercabang-cabang membentuk bangunan seperti anyaman yang disebut miselium (Dwidjoseputro, 2005).
            Gandjar (1999), menambahkan bahwa cendawan Ganoderma lucidum mempunyai tubuh multiseluler, yang terdiri dari hifa yang bersekat, hidup saprofit, parasite atau membentuk mikhoriza. Tubuh buah disebut basidiokarpya itu tempat terbentuknya basidium. Basidium sendiri terbentuk dari spora basidium dan basidiokarp tersusun atas basidium-basidium yang didalmnya berisi spora.
            Basidiokarp seperti kertas atau kulit atau kayu. Hymenium  terdapat pada satu sisi atau seluruhnya. Banyak tumbuh pada pohon atau saprofit dan biasa  merusak kayu atau bangunan. Ganoderma lucidum tubuh buahnya berbentuk setengah lingkaran, banyak terdapat pada kayu yang sudah lapuk. Jamur ini tidak mempunyai batang dan bertumpu diatas batang-batang. Cendawan yang  baru tumbuh berwarna kuning muda kecokelatan, setelah itu akan berubah warna menjadi cokelat tua (Wahyu, 2005).
            Reproduksi Ganoderma lucidum dapat dilakukan dengan vegetative  dan fragmentasi. Sedangkan perkembangbiakan seksualnya adalah dengan pembentukan spora basidium (Gandjar, 1999). Menurut Dwidjoseputro (2005), menyatakan bahwa reproduksi jamur ini terjadi secara aseksual dan seksual.  Reproduksi aseksual adalah dengan membentuk sporakonidia seperti zygomycota dan Ascomycota. Reproduksi seksualnya melalui perkawinan antar hifa yang  berbeda jenis menghasilkan spora seksual (sporageneratif) yaitu spora basidium.
            Ganoderma lucidum adalah salah satu sumber yang  sebagai asam granodesik, yang mempunyai struktur molekul yang sama dengan hormon steroid  dan polisakarida (Wahyu, 2005). 

           























 

4.2.  Parmelia Sulcata

      4.2.1. Hasil Pengamatan

Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
(Taylor, 1960)

Keterangan :
Ø  Panjang 15 cm
Ø  Lebar 4 cm
Ø  Permukaan Halus
Ø  Tekstur Tipis
Ø  Berwarna hijau keperakan
Ø  Seperti daun atau lembaran-lembaran

        4.2.2.  Pembahasan

            Menurut Suhono (2012), lichen spesies Parmelia Sulcata memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Divisi : Ascomycota
            Classis : Ascolichenes
                        Ordo :  Lecanorales
                                    Family : Parmeliaceae
                                                Genus : Parmelia
                                                            Species : Parmelia Sulcata
            Berdasarkan pengamatan yang dilakukan lichen jenis Parmelia Sulcata memiliki panjang keseluruhan 15 cm dan lebar keseluruhan 4 cm. Lichen ini ditemukan menempel pada ranting pohon dan bentuknya seperti lembaran daun, warnanya hijau keabu-abuan, talusnya berbentuk seperti daun atau yang dikenal dengan foliose dan mempunyai akar yang biasa disebut dengan rhizines. Lichen ini memiliki permukaan yang halus dengan tekstur yang tipis.
            Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Hasnunidah (2009) yang menyatakan bahwa lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-lobus. Lichen ini relative lebih longgar melekat pada substratnya. Thalusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar, bagian atas dan bawahnya pun berbeda. Lichen ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines yang berfungsi sebagai alat mengabsorbsi makanan.
Berdasarkan hasil pengamatan, Parmelia Sulcata hidupnya epifit yaitu menempel pada tanah dan ada juga yang menempel pada ranting tumbuhan tingkat tinggi, Haryakusuma (2012) juga menyatakan bahwa sifat hidupnya pada Parmelia Sulcata adalah epifit (menempel pada batu, dinding, dan kulit kayu pohon tropika), namun mampu menghasilkan makanan sendiri yaitu pada lapisan gonidiam yang mengandung ganggang.
Jenis ini banyak terdapat di Indonesia, tumbuh pada batang tanaman dan kayu lapuk dan di batuan. Tubuh buah mengkerut dengan tepian putih. Kerutan tubuh buah berbentuk mirip mangkuk (Suhono,2012).
Genus parmelia merupakan marga lichen yang besar dengan penyebaran luas. Jenis-jenisnya memiliki talus berbentuk foliose atau lobatus. Terdapat korteks atas dan bawah, dan menempel pada substrat rhizine. Fotobion parmelia adalah ganggang hijau golongan Trebouxioid. Spora tunggal, tidak berwarna, berbentuk elips, dan berjumlah 2-9 per askus. Identifikasi morfologi parmelia hingga species cukup sulid dilakukan, oleh karena itu perlu dipelajari identifikasi secara kimiawi (Suhono,2012).
Di berbagai Negara di bumi belahan utara, beberapa jenis parmelia adalah sumber bahan pencelup yang sangat penting. Genus ini masih dalam penelitian sehingga jumlah spesiesnya masih belum pasti. Di subkontinen India tercatat ada sekitar 125 spesies. Namun diperkirakan di seluruh dunia terdapat sekitar 2.011 spesies. Lichen ini lazim tumbuh dalam koloni pada batang tumbuhan yang telah lapuk. Daerah dengan kelembapan tinggi amat disukainya, terutama di tepian sungai. Lichen kerut berkembang biak dengan 2 cara, seksual dan aseksual. Apothesia muncul pada tubuh buah dengan bentuk mangkuk berisi askus. Askus berisi spora dengan bentuk lonjong. Perkembangbiakan aseksual atau vegetative dilakukan dengan pemisahan bagian tubuh yag kemudian tumbuh menjadi individu baru (Suhono,2012).
            Manfaat Parmelia Sulcata untuk membantu melapukkan batu-batuan. Selain itu, sebagai vegetasi perintis atau tumbuhan pioneer, membantu proses pembuatan tanah dan sebagai indicator pencemaran udara.
            Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa hasil pengamatan yang dilakukan dengan pengamatan yang dilakukan oleh Suhono (2012) dapat dikatakan sesuai. Hal ini karena menurut Suhono (2012), Parmelia Sulcata Memiliki bentuk seperti daun atau lembaran-lembaran yang tersusun oleh lobus-lobus atau dapat juga dikatakan sebagai Lichen Foliose.




















 

4.3.  Marchantia polymorpha

      4.3.1.  Hasil Pengamatan

Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
(Taylor, 1960)

Keterangan :
Ø  Panjang Keseluruhan 13 cm
Ø  Lebar Keseluruhan 10 cm
Ø  Panjang Daun 3 cm
Ø  Lebar Daun 3 cm
Ø  Panjang Antegonium 2 cm
Ø  Panjang Arkegonium 1,5 cm
Ø  Permukaan Halus
Ø  Tekstur seperti Berdaging
Ø  Berwarna Hijau muda – Hijau tua

        4.3.2. Pembahasan

            Menurut Suhono (2012), lumut spesies Marchantia polymorpha memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Divisio : Bryophyta
          Classis   : Hepaticae
          Ordo : Marchantiales
                  Familia : Marchantiae
                          Genus : Marchantia
                                 Species : Marchantia polymorpha
            Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, lumut jenis Marchantia polymorpha memiliki panjang keseluruhan 13 cm dan lebar keseluruhan 10 cm. Panjang daun dari lumut ini adalah 3 cm dan lebar daun adalah 3 cm. Lumut yang ditemukan di Taman Hutan Raya (Tahura) R. Soeryo (Cangar) memiliki panjang anteredium 2 cm dan panjang arkegonium 1,5 cm. Lumut jenis ini juga memiliki permukaan yang halus dan tekstur berdaging. Lumut ini memiliki warna hijau muda – hijau tua.
            Marchantia polymorpha termasuk lumut hati atau hepaticopsida. Bentuk thallusnya seperti lembaran daun, berbentuk hati. Bagian-bagian yang dimiliki antaranya adalah kupula, takik, lobus talus dan rusuk. Reproduki yang dilakukan  baik secara vegetative dengan gemma (kuncup) atau dengan generative dengan menggunankan anteridium dan archegonium.
Marchantia polymorpha termasuk dalam lumut hati dan dimasukkan dalam Classis Hepaticopsida karena lebih dikenal dengan nama lumut hati. Gametofit pada umumnya berbentuk seperti pita yang bercabang, dorsiventral, menempel pada tanah dengan perantara rhizoid. Sporofit tidak memounyai sel-sel yang mengandung kloroplas dan tidak ada jaringan steril yang disebut kolumela. Marchantia polymorpha dimasukkan dalam Familia Marchantiales karena talus seperti pita, agak tebal, berdaging, bercabang menggarpu, dan mempunyai rusuk   tengah yang tidak  begitu tidak menonjol. Sisi bawah talus terdapat sisik-sisik ventral (sisik perut), juga terdapat rhizoid (Aslan, 1998).
Marchantia polymorpha memiliki talus seperti pipa yang lebarnya kurang lebih 2 cm, agak tebal, bercabang-cabang menggarpu dan mempunyai suatu lekuk di tengah yang tidak begitu jelas menonjol. Pada sisi bawah terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun yang dinamakan sisik-sisik perut atau sisik ventral.Selain itu pada bagian talus terdapat rizoid-rizoid yang bersifat fototrop aktif dan dinding selnya mempunyai penebalan ke dalam yang bentuknya seperti sekat-sekat yang tidak sempurna (Estiati, 1995).
Perkembangbiakan secara vegetative maupun generative. Reproduksi vegetative dengan membentuk gemma atau kuncup. Gemma ini tumbuh pada struktur yang disebut cupula pada thallus bagian atas. Kupula berbentuk mangkuk dan gemmanya sangat kecil berbentuk lensa yang menempel pada tangkai pendek di atas dasar kupula. Gemma dapat terlepas bebas oleh air hujan dan bilamana gemmma melekat  pada bagian pipih dari tanah, maka dari bagian bawahnya keluar rizoid keluar thallus yang baru akan berkembang (Estiati, 1995).
Reproduksi generative terjadi dengan  membentuk gamet. Dari thallus  yang berbentuk lembaran daun, organ anteridium dan archegonium mencuat ke atas. Bentuk archegonium seperti  payung, yang memiliki lekuk-lekuk pada tepinya, sedangkan anteridium seperti payung yang tepinya rata (Birsyam, 1992)
Anteridium merupaka organ kelamin  jantan yang menghasilkan ovum. Sperma yang masuk berenang dalam air untuk mencapai ovum sehingga terjadi fertilisasi dan menghasilkan zigot  yang akan tumbuh untuk menjadi thallus baru. Anteridium mempunyai tangkai yang disebut anteridiofor dan tangkai archegonium yang disebut archegonium (Birsyam, 1992).
Marchantia polymorpha berfungsi sebagai obat penyakit yaitu hepatitis C. antivirus pada tumbuhan ini berfungsi dalam menangkal pertumbuhan virus pada hati. Selain itu, tumbuhan ini juga berfungsi untuk menghilangkan racun gigitan ular pada tingkatan pertama (Aslan, 1998).












BAB V

PENUTUP

5.1.  Kesimpulan

            Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
  1. Jenis jamur (fungi) yang ditemukan di Taman Hutan Raya R. Soeryo (Cangar) yakni dari jenis Ganoderma lucidum. Jenis lumut kerak (lichen) yang ditemukan berasal dari jenis Parmelia sulcata dan jenis dari lumut (Bryopsida) yang ditemukan berasal dari jenis Marchantia polymorpha, lumut jenis ini termasuk kedalam lumut Hepaticopsida.
  2. Ciri-ciri morfologi dari ketiga jenis spesies tersebut yakni :
a.       Jenis jamur Ganoderma lucidum memiliki ciri-ciri tubuhnya terdiri dari satu sel (uniseluler) dan bersel banyak (multiseluler), selnya berbentuk benang (hifa). Reproduksi Ganoderma lucidum dapat dilakukan dengan vegetative  dan fragmentasi. Sedangkan perkembangbiakan seksualnya adalah dengan pembentukan spora basidium.
b.      Jenis lichen Parmelia Sulcata memiliki ciri-ciri Thalusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar, bagian atas dan bawahnya pun berbeda. Lichen ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines yang berfungsi sebagai alat mengabsorbsi makanan.
c.       Jenis lumut Marchantia polymorpha memiliki ciri-ciri bentuk thallusnya seperti lembaran daun, berbentuk hati. Reproduki yang dilakukan  baik secara vegetative dengan gemma (kuncup) atau dengan generative dengan menggunankan anteridium dan archegonium.

5.2. Saran

            Sebaiknya pada saat melakukan pengamatan di Taman Hutan Raya (Tahura) R. Soeryo praktikan sangat membutuhkan asisten untuk mendampingi pada saat pencarian dan pengidentifikasian, agar praktikan dapat mengetahui lebih banyak jenis dari jamur (fungi), lumut kerak (lichen), dan lumut (Bryopsida) yang terdapat di Tahura R. Soeryo.

























DAFTAR PUSTAKA


Aslan, Ahmad.1998. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Bogor : Citra Karya
Birsyam, Inge L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB
Campbell. 2003. Biologi Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Dwidjoseputro. 2005. Karakteristik Jamur atau Fungi. Bandung : ITB Press
Estiati B, Hidayat. 1995.Taksonomi tumbuhan (Cryptogamae). Bandung: ITB Bandung
Gandjar. 1999. Pengertian Jamur. Bandung : Yrama Putra
Hadioetomo. 1993.Cerdas Belajar Biologi. Bandung : Grafindos
Hasnunidah, Neni. 2009. Botani Tumbuhan Rendah. Bandarlampung : Unila
Haspara. 2004. Biologi. Surakarta : Widya Duta
Hawksworth. 1984. The Lichen-Forming Fungi. Chapman and Hall Publisher
Indah, Najmi. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah. Jember : PGRI Jember
Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Jakarta : JICA
Sastrahidayat, I.R. 2010. Mikologi Ilmu Jamur. Malang: UB Press
Suhono, Budi. 2012. Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan Runjung Dan Jamur. Jakarta: Lentera Abadi
Taylor. 1960. Biologi. Bandung : Ganeca Exact
Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Wahyu. 2005. Macam-macam Jamur. Bandung : ITB Press
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM PRESS
Yulianto, Suroso Adi. 1992. Pengantar Cryptogamae. Bandung : Tarsito